Menceritakan Kembali Isi Fabel
Fabel yakni dongeng fiksi berupa dongeng yang menggambarkan kebijaksanaan pekerti insan yang diibaratkan pada binantang. Karakter binatang dalam dongeng fabel dianggap mewakili huruf insan dan diceritakan bisa bertindak mirip insan tetapi tidak menghilangkan karakter
binatangnya. Tokoh fabel yakni binatang. Fabel bertema kehidupan binatang. Biasanya, berlatar di hutan, sungai, atau alam bebas yang tidak sanggup diubah menjadi latar rumah atau sekolah.
Tokoh dalam fabel biasanya yakni binatang jinak dan binatang liar. Tokoh baik akan berakhir senang dan tokoh jahat berakhir sengsara atau mendapat jawaban dari perbuatannnya.
Menceritakan kembali merupakan salah satu sub bab dari Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Langkah-langkah semoga bisa menceritakan kembali isi fabel antara lain : Pertama, membaca secara berulang-ulang teks fabel yang akan diceritakan. Kedua, mencatat nama-nama pelaku dalam teks fabel. Ketiga, mencatat hal-hal penting (gagasan pokok) dalam teks fabel. Keempat, menulis/melisankan kembali teks fabel yang dibaca, sedapat mungkin menggu-
nakan kata-kata sendiri. Berikut ini salah satu pola teks fabel.
Bacalah fabel berikut!
1. Menentukan Tokoh dan Watak Tokoh
Tokoh yakni orang/ binatang yang menjadi pelaku dalam dongeng (tokoh protagonis, atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu). Watak tokoh sanggup disimpulkan dari penggambaran fisik, penggambaran tindakan tokoh, obrolan tokoh, monolog, atau komentar/ narasi penulis terhadap tokoh.
2. Menentukan Rangkaian Peristiwa
Uraikan isi fabel di atas memakai bahasamu sendiri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Urutkan bencana yang dialami oleh Ulu di atas dalam tabel di bawah
b) Mengapa Ulu meremehkan teman-temannya?
Karena ulu merasa ia mempunyai kelebihan yang istimewa dari pada sahabat temanya sehingga ia sombong dan membandingkan apa yang tidak dipunyai temannya dan apa yang dipunyai ulu
c) Ceritakan proses Ulu jadinya menyadari kesalahannya!
Ulu menyadari kesalahanya alasannya yakni ia mengejek burung dengan sangat berlebihan dan burung pun menanyakan apakah ulu dpat naik keatas dahan pohon dan terbang diangkasa. kemudian ulu menjawab dengan lemah "Tentu saja saya tidak bisa", kemudian burung menyampaikan bahwa sang pencipta tlah membuat kita dengan berbeda-beda. Dan ulu pun menyesal karna tlah meyombongkan diri dan meminta maaf kepada semut, dan burung.
d) Daftarlah huruf insan yang diibaratkan pada binatang dan huruf binatang orisinil pada fabel di atas!
3. Menceritakan Kembali Isi Fabel
Semua Istimewa
Awalnya langit sangat gelap dan tidak usang kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa. Ulu seekor katak hijau pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam.
Tiba-tiba Ulu melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari. semut tersebut sangat murung lantaran tidak bisa berenang dikarenakan tubuhnya yang sangat kecil. Menurut ulu berenang itu sangat gampang tinggal menjulurkan kaki saja. Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak sanggup berenang lantaran ia mempunyai kaki yang pendek.
Lalu Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ulu berkata bertapa menyedihkannya hidup ikan yang hanya sanggup hidup di air. kata-kata Ulu telah menyakitkan hati ikan lantaran ikan tinggal bersama air sehingga tidak sanggup menikmati hujan.
Selanjutnya Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama mirip Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan. Ulu menyampaikan bahwa Burung tidak sanggup menikmati hujan lantaran takut bulunya basah.
Kemudian Burung menantang Ulu untuk naik ke atas pohon. Tetapi Ulu tidak bisa lantaran kakinya yang pendek dan tidak bisa terbang. Burung menyampaikan bahwa Sang Pencipta membuat binatang dengan keunikan yang berbeda-beda. Burung menasehati Ulu semoga tidak menghina binatang yang lain.
Akhirnya Ulu menyadari jika tindakannya salah. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya. Dan Ulu meminta maaf kepada Semut dan Ikan, serta Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
binatangnya. Tokoh fabel yakni binatang. Fabel bertema kehidupan binatang. Biasanya, berlatar di hutan, sungai, atau alam bebas yang tidak sanggup diubah menjadi latar rumah atau sekolah.
Tokoh dalam fabel biasanya yakni binatang jinak dan binatang liar. Tokoh baik akan berakhir senang dan tokoh jahat berakhir sengsara atau mendapat jawaban dari perbuatannnya.
Menceritakan kembali merupakan salah satu sub bab dari Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Langkah-langkah semoga bisa menceritakan kembali isi fabel antara lain : Pertama, membaca secara berulang-ulang teks fabel yang akan diceritakan. Kedua, mencatat nama-nama pelaku dalam teks fabel. Ketiga, mencatat hal-hal penting (gagasan pokok) dalam teks fabel. Keempat, menulis/melisankan kembali teks fabel yang dibaca, sedapat mungkin menggu-
nakan kata-kata sendiri. Berikut ini salah satu pola teks fabel.
Bacalah fabel berikut!
Semua Istimewa
Ulu, seekor katak hijau, sedang bangun di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari mirip itulah yang Ulu sukai. Tidak usang kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.
“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
“Wahai semut, hujan telah datang jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan. Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam. “Ulu, saya tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya saya berteduh,” sahut Semut.
“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku semenjak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang mirip ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat
meninggalkan semut. Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak sanggup berenang lantaran ia berjalan.
Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu. “Aku tidak sanggup mencicipi hujan Ulu. Lihatlah, saya tinggal bersama air. Bagaimana caranya saya sanggup menikmati hujan mirip kau Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.
“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kau mirip aku, sanggup hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kau akan sanggup mencicipi kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu alasannya yakni kau tidak akan sanggup pernah mencicipi rintikan hujan di badanmu!”
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, kemudian menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi bak yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar bak dan kembali bersenandung.
Saat Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama mirip Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan. “Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kau takut bulumu basah? Atau apakah kau takut karam ke dalam bak mirip semut? Ataukah memang kau tidak bisa menikmati indahnya hujan mirip Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.
Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?”
Ulu kebingungan.” Apa maksudmu burung?”
“Apakah kau bisa memanjat naik kemari Ulu?”
“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja saya tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap kearah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.
“Ulu, tidakkah kau tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi saya bisa terbang mengitari angkasa. Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing mempunyai kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak sanggup kau lewati. Ikan tidak sanggup melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
“Maafkan saya Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu kearah Semut dan Ikan yang semenjak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. “Maafkan saya Semut, Ikan, selama ini saya telah menyinggung perasaanmu.” Sejak ketika itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Sumber : Harian Kompas
Ulu, seekor katak hijau, sedang bangun di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari mirip itulah yang Ulu sukai. Tidak usang kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.
“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
“Wahai semut, hujan telah datang jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan. Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam. “Ulu, saya tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya saya berteduh,” sahut Semut.
“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku semenjak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang mirip ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat
meninggalkan semut. Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak sanggup berenang lantaran ia berjalan.
Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu. “Aku tidak sanggup mencicipi hujan Ulu. Lihatlah, saya tinggal bersama air. Bagaimana caranya saya sanggup menikmati hujan mirip kau Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.
“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kau mirip aku, sanggup hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kau akan sanggup mencicipi kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu alasannya yakni kau tidak akan sanggup pernah mencicipi rintikan hujan di badanmu!”
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, kemudian menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi bak yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar bak dan kembali bersenandung.
Saat Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama mirip Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan. “Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kau takut bulumu basah? Atau apakah kau takut karam ke dalam bak mirip semut? Ataukah memang kau tidak bisa menikmati indahnya hujan mirip Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.
Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?”
Ulu kebingungan.” Apa maksudmu burung?”
“Apakah kau bisa memanjat naik kemari Ulu?”
“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja saya tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap kearah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.
“Ulu, tidakkah kau tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi saya bisa terbang mengitari angkasa. Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing mempunyai kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak sanggup kau lewati. Ikan tidak sanggup melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
“Maafkan saya Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu kearah Semut dan Ikan yang semenjak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. “Maafkan saya Semut, Ikan, selama ini saya telah menyinggung perasaanmu.” Sejak ketika itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Sumber : Harian Kompas
1. Menentukan Tokoh dan Watak Tokoh
Tokoh yakni orang/ binatang yang menjadi pelaku dalam dongeng (tokoh protagonis, atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu). Watak tokoh sanggup disimpulkan dari penggambaran fisik, penggambaran tindakan tokoh, obrolan tokoh, monolog, atau komentar/ narasi penulis terhadap tokoh.
Nama Tokoh | Watak Tokoh | Bukti pada teks |
---|---|---|
Ulu | Sombong |
|
Ikan | Ramah dan rendah hati | “Aku tidak sanggup mencicipi hujan Ulu. Lihatlah, saya tinggal bersama air. Bagaimana caranya saya sanggup menikmati hujan mirip kau Ulu?” |
Semut | Baik dan ramah | “Ulu, saya tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya saya berteduh,” sahut Semut. |
Burung | Bijaksana | “Ulu, tidakkah kau tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi saya bisa terbang mengitari angkasa. Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing mempunyai kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak sanggup kau lewati. Ikan tidak sanggup melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!” |
2. Menentukan Rangkaian Peristiwa
Uraikan isi fabel di atas memakai bahasamu sendiri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Urutkan bencana yang dialami oleh Ulu di atas dalam tabel di bawah
- Awalnya langit sangat gelap dan tidak usang kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam.
- Tiba-tiba Ulu melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari. semut tersebut sangat murung lantaran tidak bisa berenang dikarenakan tubuhnya yang sangat kecil.
- Lalu Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ulu berkata bertapa menyedihkannya hidup ikan yang hanya sanggup hidup di air. kata-kata Ulu telah menyakitkan hati ikan.
- Selanjutnya Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama mirip Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan.
- Kemudian Burung menantang Ulu untuk naik ke atas pohon. Tetapi Ulu tidak bisa lantaran kakinya yang pendek dan tidak bisa terbang.
- Akhirnya Ulu menyadari jika tindakannya salah. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya. Dan Ulu meminta maaf kepada Semut dan Ikan, serta Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
b) Mengapa Ulu meremehkan teman-temannya?
Karena ulu merasa ia mempunyai kelebihan yang istimewa dari pada sahabat temanya sehingga ia sombong dan membandingkan apa yang tidak dipunyai temannya dan apa yang dipunyai ulu
c) Ceritakan proses Ulu jadinya menyadari kesalahannya!
Ulu menyadari kesalahanya alasannya yakni ia mengejek burung dengan sangat berlebihan dan burung pun menanyakan apakah ulu dpat naik keatas dahan pohon dan terbang diangkasa. kemudian ulu menjawab dengan lemah "Tentu saja saya tidak bisa", kemudian burung menyampaikan bahwa sang pencipta tlah membuat kita dengan berbeda-beda. Dan ulu pun menyesal karna tlah meyombongkan diri dan meminta maaf kepada semut, dan burung.
d) Daftarlah huruf insan yang diibaratkan pada binatang dan huruf binatang orisinil pada fabel di atas!
Karakter Manusia Pada Hewan | Karakter Asli Hewan |
---|---|
Ulu berteriak dengan girang dan bersenandung | Hewan katak tidak bisa berteriak dan bersenandung. |
Ulu berbicara kepada Ikan | Hewan katak tidak bisa berbicara |
Ulu tertawa kencang-kencang | Hewan katak tidak bisa tertawa |
Ulu meminta maaf pada Burung, Semut, dan Ikan | Hewan katak tidak bisa meminta maaf |
3. Menceritakan Kembali Isi Fabel
Semua Istimewa
Awalnya langit sangat gelap dan tidak usang kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa. Ulu seekor katak hijau pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam.
Tiba-tiba Ulu melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari. semut tersebut sangat murung lantaran tidak bisa berenang dikarenakan tubuhnya yang sangat kecil. Menurut ulu berenang itu sangat gampang tinggal menjulurkan kaki saja. Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak sanggup berenang lantaran ia mempunyai kaki yang pendek.
Lalu Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ulu berkata bertapa menyedihkannya hidup ikan yang hanya sanggup hidup di air. kata-kata Ulu telah menyakitkan hati ikan lantaran ikan tinggal bersama air sehingga tidak sanggup menikmati hujan.
Selanjutnya Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama mirip Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan. Ulu menyampaikan bahwa Burung tidak sanggup menikmati hujan lantaran takut bulunya basah.
Kemudian Burung menantang Ulu untuk naik ke atas pohon. Tetapi Ulu tidak bisa lantaran kakinya yang pendek dan tidak bisa terbang. Burung menyampaikan bahwa Sang Pencipta membuat binatang dengan keunikan yang berbeda-beda. Burung menasehati Ulu semoga tidak menghina binatang yang lain.
Akhirnya Ulu menyadari jika tindakannya salah. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya. Dan Ulu meminta maaf kepada Semut dan Ikan, serta Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Tidak ada komentar untuk "Menceritakan Kembali Isi Fabel"
Posting Komentar