Meraih Kasih Allah Swt. Dengan Ikhsan

Dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 Allah Swt. memerintahkan Bani Israil biar menyembah Allah Swt., berbuat baik (Ihsan) kepada kedua orang tua, kerabat, bawah umur yatim, dan orang-orang miskin. Agar bertuturkata yang baik kepada manusia, tetapi mereka tetap membangkang.

Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku Ihsan dalam segala hal dan kepada semua makhluk Allah Swt. Ihsan yakni berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam hadis seolah-olah kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh Allah Swt.

A. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarah/2:83 wacana Berbuat Baik kepada Sesama dan Hadis Terkait

Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat suplemen hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau
menjelaskan makna Ihsa, yaitu.

... قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.....

Artinya:
“… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kau melihat-Nya, kalau kau tidak melihat-Nya maka bahwasanya Ia melihatmu’…”

Jadi, Ihsan yakni menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan kalau ia tidak bisa membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa bahwasanya Allah Swt. melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan yakni beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).

Q.S. al-Baqarah/2:83
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan biar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang akan kita bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan yakni firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 berikut.

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

(wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-antum mu'ridhuuna)

Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil kesepakatan dari Bani Israil, “Janganlah kau menyembah selain Allah Swt., dan berbuat oke kepada kedua orangtua, kerabat, bawah umur yatim, dan orang-oang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kau berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kau (masih menjadi) pembangkang.”

Penerapan Tajwid
Surat al-Baqarah/2:83
LafalHukum Tajwid
أَخَذْنَاMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
مِيثَاقَMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter mim berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter tsa berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
بَنِيMad jaiz munfasil alasannya lantaran karakter mad bertemu hamzah di lain kata.
إِسْرَائِيلَMad wajib muttashil alasannya lantaran karakter mad bertemu hamzah dalam satu kata.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter hamzah berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
لَاMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
تَعْبُدُونَMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter dal berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
إِلَّاMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid
اللَّTafkhim lantaran lafaz Allah didahului oleh karakter hijaiyah dal berharakat fathah.
وَبِالْوَالِدَيْنِAlif lam qamariyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter wau.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter wau berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad layn lantaran karakter ya' sukun didahului oleh karakter dal berharakat fathah.
إِحْسَانًا وَذِيMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Idgham bighunnah lantaran karakter nun berharakat fathah tanwin bertemu karakter wau.
الْقُرْبَىٰAlif lam qamariyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter qaf.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter ba' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
وَالْيَتَامَىٰAlif lam qamariyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter ya'.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter ta' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
وَالْمَسَاكِينِAlif lam qamariyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter mim.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter kaf berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
وَقُولُواMad lin lantaran karakter wau sukun didahului oleh karakter qaf berharakat fathah.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter lam berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
لِلنَّاسِGhunnah alasannya yakni nun bertanda tasydid.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
حُسْنًا وَأَقِيمُواIdgham bighunnah lantaran karakter nun berharakat fathah tanwin bertemu karakter wau.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter qaf berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
الصَّلَاةَAlif lam syamsiyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter syamsiyah shad.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
وَآتُواMad badal lantaran karakter mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari karakter mad.
الزَّكَاةَAlif lam syamsiyah lantaran karakter alif lam bertemu karakter syamsiyah zai.
ثُمَّMad arid lissukun lantaran karakter mad jatuh sebelum karakter yang diwaqaf.
تَوَلَّيْتُمْMad lin lantaran karakter ya' sukun didahului oleh karakter lam berharakat fathah. 
إِلَّاMad orisinil atau mad thabi’i lantaran karakter lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. 
قَلِيلًا مِنْكُمْMad orisinil atau mad thobi’i lantaran karakter lam berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Idgham bighunnah lantaran karakter lam berharakat fathah tanwin bertemu karakter mim.
وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَIkhfa lantaran karakter nun sukun bertemu karakter ta'.
Idgham mislain lantaran karakter mim bersukun bertemu karakter mim.
Mad arid lissukun lantaran karakter mad jatuh sebelum karakter yang diwaqaf.

Kosakata Baru
Surat al-Baqarah/2:83
 لَا تَعْبُدُونَ مِيثَا أَخَذْنَا
Kamu tidak menyembah Janji Kami mengambil
وَذِي الْقُرْبَىٰإِحْسَانًا إِلَّا اللَّ
Kerabat Berbuat baik Selain Allah
وَقُولُوا وَالْمَسَاكِينِ وَالْيَتَامَىٰ
Katakanlah Orang-orang miskin Anak-anak yatim
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ حُسْنًا لِلنَّاسِ
Laksanakanlah shalat Yang baik/Kebaikani Kepada manusia
تَوَلَّيْتُمْ ثُمَّ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Kalian berpaling Kemudian Tunaikanlah zakat
مُعْرِضُونَ وَأَنْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ
para pembangkang Kalian (kamu sekalian) Kecuali sebagian kecil dari kalian

Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas kesepakatan Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, lantaran melalui kedua orangtua itulah Allah Swt. membuat manusia. Sesudah Allah Swt. menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat kebajikan kepada mereka.

Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin lantaran orang miskin sanggup berusaha sendiri, sedangkan anak yatim lantaran masih kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan biar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil biar melaksanakan salat dan menunaikan zakat.

Pada selesai ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan kau (masih menjadi) pembangkang”. Ini memperlihatkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu “membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka

Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali. Di antara hadis yang dengan tegas menyatakan biar kita berbuat Ihsan yakni sabda Rasulullah saw. berikut.

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْنَتَيْنِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ ثُمَّ لِيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

Artinya:
“Dari Syadad bin Aus, bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu, maka apabila kau membun*h hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan kalau kau menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan binatang sembelihannya”. (HR. Muslim).

Dalam hadis di atas Rasulullah menegaskan bahwa sikap dan sikap Ihsan itu diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Lebih lanjut, dalam hadis ini Rasulullah saw. memperlihatkan referensi lain wacana cara berlaku Ihsan. Jika harus membun*h (dalam peperangan), maka harus dilakukan dengan baik, dilakukan lantaran Allah Swt., bukan lantaran dendam atau yang lain,
dan tidak pula menganiaya. Bahkan kalau musuh menyerah, maka dihentikan dibunuh.

Kemudian pada potongan selesai dari hadis, Rasulullah saw. mengajarkan cara berlaku Ihsan kepada binatang dengan menjelaskan budbahasa menyembelih, yaitu biar pisau ditajamkan dan binatang yang mau disembelih pun dibentuk senang, dengan memperlihatkan makan yang cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan demikian, apalagi sesama manusia.

B. Keterkaitan Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat Baik terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqarah/2:83

Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan baik/Ihsan dari kita), kita harus berbuat Ihsan kepada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.

...إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ...

“Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”. (HR. Muslim).

1. Ihsan kepada Allah Swt.
Ihsan kepada Allah Swt yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual) ataupun ibadah umum dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial). Berdasarkan hadis wacana Ihsan di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
  • Beribadah kepada Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya. Keadaan ini merupakan tingkatan Ihsan yang paling tinggi, lantaran dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
  • Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, lantaran sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.

2. Ihsann kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Dalam Q.S al-Qassash/28:77 Allah berfirman:

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ...

(wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)

Artinya :
“…dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dari aneka macam ayat dan hadis, berbuat kebajikan (I¥s±n) kepada sesama makhluk Allah Swt. mencakup seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya menyerupai klarifikasi berikut:

a. Ihsan kepada Kedua Orang Tua
Allah Swt. berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ﴿ ٢٣

(waqadaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna 'indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ﴿ ٢٤

(waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan)

Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah kau menyampaikan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan .” dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik saya di waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17:23-24)

Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda :

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Artinya :
“Keridaan Allah Swt. berada pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah Swt. berada pada kemurkaan orang tua.” (HR. at-Tirmizi).

Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman- Nya,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿ ٦٠
(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)

Artinya :
“Tidak ada akhir untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar-Rahman/55:60).

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman-Nya,

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿ ٦٠

(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)

Artinya :
“Tidak ada akhir untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar- Rahman/55:60)

b. Ihsan kepada Kerabat Karib
Allah Swt. menyamakan seseorang yang memutuskan kekerabatan silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿ ٢٢

(fahal 'asaytum in tawallaytum an tufsiduu fii al-ardhi watuqaththhi'uu arhaamakum)

Artinya :
“Maka apakah kiranya kalau kau berkuasa kau akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan kekerabatan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22).

Silaturahmi merupakan kunci mendapat keridaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya kekerabatan seorang hamba dengan Tuhannya yakni lantaran terputusnya kekerabatan silaturahmi. Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman:

أَنَا اللَّهُ وَأَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
Artinya :
“Aku yakni Allah Swt., Aku yakni Rahman, dan Aku telah membuat rahim yang Kuberi nama potongan dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubungan-Ku dengannya.” (HR. at-Tirmizi).

c. Ihsan kepada Anak Yatim
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya yakni sabda Rasulullah saw.:

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Artinya :
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di nirwana kelak akan menyerupai ini… (seraya memperlihatkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).

d. Ihsan kepada Fakir Miskin
Berbuat hsann kepada orang miskin ialah dengan memperlihatkan proteksi kepada mereka terutama pada ketika mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda.

... السَّاعِى عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

Artinya :
”Orang-orang yang menolong janda dan orang miskin, menyerupai orang yang berjuang di jalan Allah Swt..” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

e. Ihsan Kepada Tetangga
Ihsan kepada tetangga akrab mencakup tetangga akrab dari kerabat atau tetangga yang berada di akrab rumah, serta tetangga jauh, baik jauh lantaran nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Rasulullah saw. bersabda:

وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.

Artinya :
“Demi Allah Swt., tidak beriman, demi Allah Swt., tidak beriman. ”Para teman bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak kondusif tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani).

Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ بِي مَنْ باَتَ شَبْعَانًا وَ جَارُهُ جَا ئِعٌ وَهُوَ يَعْرِفُهُ

Artinya :
“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-Tabrani).

f. Ihsan kepada Tamu
Ihsan kepada tamu, secara umum yakni dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i).

Tamu yang tiba dari daerah yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan jauh). Cara berbuat Ihsn terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, memperlihatkan jalan kalau ia meminta.

g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja
Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan biar membayar upah mereka sebelum keringat mereka kering (segera). Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

Artinya :
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih).

h. Ihsan kepada Sesama Manusia
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (¦R. Al-Bukhari dan Muslim).

i. Ihsan kepada Binatang
Berbuat Ihsan terhadap binatang yakni dengan memberinya makan kalau ia lapar, mengobatinya
kalau ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya kalau ia bekerja, dan
mengistirahatkannya kalau ia lelah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

Artinya :
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah binatang yang akan disembelih.” (HR. Muslim)

j. Ihsan kepada Alam Sekitar
Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam dan insan sendiri, alam harus dimanfaatkan dengan penuh rasa tanggungjawab. Allah Swt. berfirman:

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ...

Artinya :
“…dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qásas/28:77).

C. Hikmah dan Manfaat Ihsan
Berbuat baik (Ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua insan diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas kebijaksanaan baik.

D. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan I¥s±n ialah semua perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Secara ringkas sikap tersebut ialah sebagai berikut.
 memerintahkan Bani Israil biar menyembah Allah Swt Meraih Kasih Allah Swt. dengan Ikhsan
  1. Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan.
  2. Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua), dengan mengikuti semua keinginannya kalau memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt..
  3. Menjalin kekerabatan baik dengan kerabat.
  4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
  5. Berbuat baik kepada tetangga.
  6. Berbuat baik kepada teman sejawat.
  7. Berbuat baik kepada tamu dengan memperlihatkan jamuan dan penginapan sebatas kemampuan.
  8. Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai perjanjian.
  9. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik.
  10. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa.
  11. Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara atau memperlakukannya dengan baik. Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan budbahasa yang baik dan tidak ada unsur penganiayaan.
  12. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melaksanakan tindakan yang merusak.

Tidak ada komentar untuk "Meraih Kasih Allah Swt. Dengan Ikhsan"